Kendala Dalam Mewujudkan Kinerja Bisnis Etis
Pencapaian tujuan etika
bisnis di Indonesia masih berhadapan dengan beberapa masalah dan kendala.
Keraf(1993:81-83) menyebut beberapa kendala tersebut yaitu:
1. Standar moral para pelaku bisnis pada
umumnya masih lemah.
Banyak di antara pelaku
bisnis yang lebih suka menempuh jalan pintas, bahkan menghalalkan segala cara
untuk memperoleh keuntungan dengan mengabaikan etika bisnis, seperti memalsukan
campuran, timbangan, ukuran, menjual barang yang kadaluwarsa, dan memanipulasi laporan
keuangan.
2. Banyak perusahaan yang mengalami konflik
kepentingan.
Konflik kepentingan ini
muncul karena adanya ketidaksesuaian antara nilai pribadi yang dianutnya atau
antara peraturan yang berlaku dengan tujuan yang hendak dicapainya, atau konflik
antara nilai pribadi yang dianutnya dengan praktik bisnis yang dilakukan oleh
sebagian besar perusahaan lainnya, atau antara kepentingan perusahaan dengan
kepentingan masyarakat. Orang-orang yang kurang teguh standar moralnya bisa
jadi akan gagal karena mereka mengejar tujuan dengan mengabaikan peraturan.
3. Situasi politik dan ekonomi yang belum
stabil.
Hal ini diperkeruh oleh
banyaknya sandiwara politik yang dimainkan oleh para elit politik, yang di satu
sisi membingungkan masyarakat luas dan di sisi lainnya memberi kesempatan bagi
pihak yang mencari dukungan elit politik guna keberhasilan usaha bisnisnya.
Situasi ekonomi yang buruk tidak jarang menimbulkan spekulasi untuk
memanfaatkan peluang guna memperoleh keuntungan tanpa menghiraukan akibatnya.
4. Lemahnya penegakan hukum.
Banyak orang yang sudah
divonis bersalah di pengadilan bisa bebas berkeliaran dan tetap memangku
jabatannya di pemerintahan. Kondisi ini mempersulit upaya untuk memotivasi
pelaku bisnis menegakkan norma-norma etika.
5. Belum ada organisasi profesi bisnis dan
manajemen untuk menegakkan kode etik bisnis dan manajemen.
Organisasi seperti KADIN
beserta asosiasi perusahaan di bawahnya belum secara khusus menangani
penyusunan dan penegakkan kode etik bisnis dan manajemen.
Sekarang kalangan bisnis sudah memiliki
kesadaran akan pentingnya Etika Bisnis dalam operasi bisnis. Bahkan dalam
perkembangannya Etika Bisnis tidak lagi menjadi beban yang terpaksa harus
dilaksanakan perusahan melainkan sudah menjadi salah satu strategy pengembangan
perusahaan. Karena Tujuan perusahaan dapat didefinisikan sebagai upaya untuk
“memaksimumkan kesejahteraan si pemilik dalam rentang waktu jangka panjang
melalui aktivitas penjualan barang dan/atau jasa. Contoh nyata akan manfaat
etika bisnis sebagai strategy pengembangan perusahaan misalnya Company Social
Responsibility dianggap dapat memberikan keuntungan pada perusahaan dalam
bentuk profitabilitas, kinerja financial yang lebih kokoh, menurunkan resiko
bentrok dengan lingkungan sekitar, meningkatkan reputasi perusahaan, dll.
Secara lebih jelas, mekanismenya
berjalan sebagai berikut.“Memaksimumkan kesejahteraan si pemilik dalam jangka
panjang”, berhubungan dengan dimensi waktu yang relatif panjang serta
menyangkut sustainability. Hal ini membutuhkan adanya “kepercayaan” atau
“saling mempercayai” (trust) dari berbagai pihak yang berhubungan dengan
perusahaan (stakeholders). Kalimat “kesejahteraan pemilik” merupakan derivasi
dan perwujudan dari “hak kepemilikan” (ownership) yang muncul dari adanya
penghargaan (respect) terhadap “kepemilikan pribadi” (property rights).
Haruslah diyakini bahwa pada
dasarnya praktek etika bisnis akan selalu menguntungkan perusahaan baik untuk
jangka panjang maupun jangka menengah karena :
· Mampu
mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi, baik intern
perusahaan maupun dengan eksternal.
·
Mampu meningkatkan motivasi pekerja.
·
Melindungi prinsip kebebasan berniaga.
·
Mampu meningkatkan keunggulan bersaing.
Tidak bisa dipungkiri, tindakan yang
tidak etis yang dilakukan oleh perusahaan akan memancing tindakan balasan dari
konsumen dan masyarakat dan akan sangat kontra produktif, misalnya melalui
gerakan pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasi dan lain sebagainya.
Hal ini akan dapat menurunkan nilai penjualan maupun nilai perusahaan.
Sedangkan perusahaan yang menjunjung
tinggi nilai-nilai etika bisnis, pada umumnya termasuk perusahaan yang memiliki
peringkat kepuasan bekerja yang tinggi pula, terutama apabila perusahaan tidak
mentolerir tindakan yang tidak etis, misalnya diskriminasi dalam sistem
remunerasi atau jenjang karier. Perlu dipahami, karyawan yang berkualitas
adalah aset yang paling berharga bagi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan
harus semaksimal mungkin harus mempertahankan karyawannya. Untuk memudahkan
penerapan etika perusahaan dalam kegiatan sehari-hari maka nilai-nilai yang
terkandung dalam etika bisnis harus dituangkan kedalam manajemen korporasi
yakni dengan cara :
·
Menuangkan etika bisnis dalam suatu kode etik (code of conduct)
·
Memperkuat sistem pengawasan
·
Menyelenggarakan pelatihan (training) untuk karyawan secara terus menerus.
PRO DAN KONTRA ETIKA DALAM
BISNIS
Bisnis adalah bisnis. Bisnis jangan
dicampur-adukkan dengan etika. Para pelaku bisnis adalah orang-orang yang
bermoral, tetapi moralitas tersebut hanya berlaku dalam dunia pribadi mereka,
begitu mereka terjun dalam dunia bisnis mereka akan masuk dalam permainan yang
mempunyai kode etik tersendiri. Jika suatu permainan judi mempunyai aturan yang
sah yang diterima, maka aturan itu juga diterima secara etis. Jika suatu
praktik bisnis berlaku begitu umum di mana-mana, lama-lama praktik itu dianggap
semacam norma dan banyak orang yang akan merasa harus menyesuaikan diri dengan
norma itu. Dengan demikian, norma bisnis berbeda dari norma moral masyarakat
pada umumnya, sehingga pertimbangan moral tidak tepat diberlakukan untuk bisnis
dimana “sikap rakus adalah baik”(Ketut Rindjin, 2004:65).
Belakangan pandangan diatas mendapat
kritik yang tajam, terutama dari tokoh etika Amerika Serikat, Richard T.de
George. Ia mengemukakan alasan alasan tentang keniscayaan etika bisnis sebagai
berikut.
Pertama, bisnis tidak dapat
disamakan dengan permainan judi. Dalam bisnis memang dituntut keberanian
mengambil risiko dan spekulasi, namun yang dipertaruhkan bukan hanya uang,
melainkan juga dimensi kemanusiaan seperti nama bai kpengusaha, nasib karyawan,
termasuk nasib-nasib orang lain pada umumnya.
Kedua, bisnis adalah bagian yang sangat
penting dari masyarakat dan menyangkut kepentingan semua orang. Oleh karena
itu, praktik bisnis mensyaratkan etika, disamping hukum positif sebagai acuan
standar dlaam pengambilan keputusan dan kegiatan bisnis.
Ketiga, dilihat dari sudut pandang
bisnis itu sendiri, praktik bisnis yang berhasil adalah memperhatikan
norma-norma moral masyarakat, sehingga ia memperoleh kepercayaan dari
masyarakat atas produ atau jasa yang dibuatnya.
CONTOH KASUS PELANGGARAN ETIKA
BISNIS
Akibat dari tidak tercapainya tujuan
etika bisnis atau tidak bisa dijalankannya aturan-aturan yang merupakan
prinsip-prinsip dalam etika bisnis oleh sebuah perusahaan adalah terjadinya
pelanggaran etika.
Pelanggaran etika perusahaan
terhadap pelanggannya di Indonesia merupakan fenomena yang sudah sering
terjadi. Contoh terakhir adalah pada kasus Ajinomoto. Kehalalan Ajinomoto
dipersoalkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada akhir Desember 2000 setelah
ditemukan bahwa pengembangan bakteri untuk proses fermentasi tetes tebu
(molase), mengandung bactosoytone (nutrisi untuk pertumbuhan bakteri), yang
merupakan hasil hidrolisa enzim kedelai terhadap biokatalisator porcine yang
berasal dari pankreas babi.
Kasus lainnya, terjadi pada produk
minuman berenergi Kratingdeng yang sebagian produknya diduga mengandung nikotin
lebih dari batas yang diizinkan oleh Badan Pengawas Obat dan Minuman. ”Oleh
karena itu perilaku etis perlu dibudayakan melalui proses internalisasi budaya
secara top down agar perusahaan tetap survive dan dapat
meningkatkan kinerja keuangannya,”.
Pengaruh budaya organisasi dan
orientasi etika terhadap orientasi strategik secara simultan sebesar 65%.
Secara parsial pengaruh budaya organisasi dan orientasi etika terhadap
orientasi strategik masing-masing sebesar 26,01% dan 32,49%. Hal ini
mengindikasikan bahwa komninasi penerapan etika dan budaya dapat meningkatkan
pengaruh terhadap orientasi strategik. ”Hendaknya perusahaan membudayakan etika
bisnis agar orientasi strategik yang dipilih semakin baik. Salah satu
persyaratan bagi penerapan orientasi strategik yang inovatif, proaktif, dan
berani dalam mengambil risiko adalah budaya perusahaan yang mendukung,”.
Etika bisnis tidak akan dilanggar
jika ada aturan dan sangsi. Kalau semua tingkah laku salah dibiarkan, lama
kelamaan akan menjadi kebiasaan. Repotnya, norma yang salah ini akan menjadi
budaya. Oleh karena itu bila ada yang melanggar aturan diberikan sangsi untuk
memberi pelajaran kepada yang bersangkutan.
Upaya yang dapat dilakukan oleh
perusahaan untuk menegakkan budaya transparansi antara lain:
· Penegakkan
budaya berani bertanggung jawab atas segala tingkah lakunya. Individu yang
mempunyai kesalahan jangan bersembunyi di balik institusi. Untuk menyatakan
kebenaran kadang dianggap melawan arus, tetapi sekarang harus ada keberanian
baru untuk menyatakan pendapat.
· Ukuran-ukuran
yang dipakai untuk mengukur kinerja jelas. Bukan berdasarkan kedekatan dengan
atasan, melainkan kinerja.
·
Pengelolaan sumber daya manusia harus baik.
·
Visi dan misi perusahaan jelas yang mencerminkan tingkah laku organisasi.
Contoh Kasus Etika Bisnis di Bidang
Peternakan
Usaha peternakan ayam negeri atau
broiler mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan karena tingginya
permintaan masyarakat akan daging. Usaha peternakan ayam ini juga memberikan
keuntungan yang tinggi dan bisa menjadi sumber pendapatan bagi peternak ayam
broiler tersebut. Akan tetapi, peternak dalam menjalankan usahanya masih
mengabaikan prinsip-prinsip etika bisnis.
Akhir-akhir ini usaha peternakan
ayam dituding sebagai usaha yang ikut mencemari lingkungan. banyaknya
peternakan ayam yang berada di lingkungan masyarakat dirasakan mulai mengganggu
oleh warga terutama peternakan ayam yang lokasinya dekat dengan pemukiman penduduk.
Masyarakat banyak mengeluhkan dampak buruk dari kegiatan usaha peternakan ayam
karena masih banyak peternak yang mengabaikan penanganan limbah dari usahanya.
Limbah peternakan yang berupa feses
(kotoran ayam), dan sisa pakan serta air dari pembersihan ternak dan kandang
menimbulkan pencemaran lingkungan masyarakat di sekitar lokasi peternakan
tersebut. Selain itu timbulnya banyak lalat yang dikarenakan kurang bersih dan
dirawatnya kandang, masyarakat takut lalat tersebut nantinya membawa penyakit.
Dan satu lagi dari peternakan ayam negeri masyarakat mengkhawatirkan virus flu
burung Avian Infuenza (H5N1) yang pada saat tahun 2008 lagi sedang
gempar-gemparnya. Oleh karena itu, peternak ayam negeri atau broiler harus
memiliki etika bisnis yang baik bukan hanya mencari keuntungan semata namun
juga harus menciptakan lingkungan yang sehat di sekitar peternakan.
Dengan cara pengelolaan limbah yang
baik misalkan dijadikan pupuk untuk tanaman atau untuk pakan ikan lele, menjaga
kebersihan lingkungan dengan melakukan penyemprotan kandang disinfetan secara
berkala agar tidak timbul banyak lalat & penyakit.
Dari contoh kasus diatas, maka dapat
ditarik kesimpulan, jika saja peternakan tersebut menerapkan etika bisnis
dengan baik, maka akan mendatangkan manfaat dari penerapan etika bisnis :
·
Perusahaan mendapatkan kepercayaan
dari konsumen.
· Perusahaan yang jujur akan menciptakan konsumen yang loyal.
Bahkan konsumen akan merekomendasikan kepada orang lain untuk menggunakan
produk tersebut.
·
Citra perusahaan di mata konsumen
baik.
·
Dengan citra yang baik maka
perusahaan akan lebih dikenal oleh masyarakat dan produknya pun dapat mengalami
peningkatan penjualan.
·
Meningkatkan motivasi pekerja.
· Karyawan akan bekerja dengan giat apabila perusahaan
tersebut memiliki citra yang baik dimata perusahaan.
·
Keuntungan perusahaan dapat di
peroleh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar